Jumat, 27 Januari 2017



Selamat datang di Blog "Dunia Pendidikan"

Blog ini berguna sebagai sumber belajar siswa, disamping siswa mendapatkan ilmu pengetahuan di sekolah, siswa juga dapat menambah informasi melalui blog ini. 
Blog ini tercipta karena adanya kemajuan dibidang IT. Diharapkan pembelajaran melalui media blog ini bisa menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.

Blog ini salah satunya memuat tentang materi pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar dengan kurikulum KTSP dan Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar sebagai berikut :
A.           Standar Kompetensi
4. Memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup
B.            Kompetensi dasar
4.1 Mendeskripsikan daur hidup hewan di lingkungan sekitar misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu dan kucing

Materi 
Daur Hidup Hewan
A.  Daur Hidup Hewan Tanpa Metamorfosis
      1. Daur hidup Ayam
      2. Daur Hidup Kucing
      3. Daur Hidup Kanguru 
B. Daur Hidup Hewan Dengan Metamorfosis
     1. Daur hidup Kupu-kupu
     2. Dau Hidup Katak
     3. Daur Hidup Nyamuk
     4. daur Hidup Kecoak 

DAUR HIDUP HEWAN

Daur hidup hewan adalah perubahan yang dialami oleh makhluk hidup selama hidupnya. Pernahkah kamu memperhatikan perkembangbiakan yang terjadi pada hewan-hewan peliharaanmu atau hewan disekitarmu? Seperti ayam, bebek, dan kucing. Bagaimana cara mereka berkembangbiak? Tentunya berbeda. Pada ayam dan bebek bertelur sedangkan kucing beranak. Coba kamu amati pada anak ayam yang baru menetas dengan anak kucing yang baru dilahirkan. Tentunya anak ayam dan kucing tersebut mirip dengan induknya hanya saja terkadang warna bulu atau rambutnya saja yang berbeda. Hal seperti ini disebut dengan daur hidup tanpa metamorfosis.
Sedangkan hewan yang mengalami metamorfosis yaitu katak. Kenapa katak? Karena rupa katak yang baru menetas sangat berbeda dengan induknya. Pernahkah kamu melihatnya? Tentunya pernah donk. Bentuk anak katak tersebut seperti ikan teri yang disebut dengan kecebong. Katak tersebut mengalami perubahan menjadi katak dewasa. Perubahan bentuk yang berbeda tersebutlah yang disebut dengan metamorfosis.
Untuk lebih jelasnya, pahami yuk daur hidup hewan tanpa metamorfosis dengan metamorfosis.
A.           Daur hidup hewan tanpa metamorfosis.
Daur hidup hewan tanpa metamorfosis adalah tahap perubahan pada makhluk hidup tanpa mengalami perubahan bentuk dalam hidupnya. Berikut adalah beberapa contoh daur hidup hewan tanpa metamorfosis.
1.         Daur hidup ayam.
            Seperti telah dikatakan diatas bahwa, ayam berkembangbiak dengan cara bertelur. Setelah bertelur, telur tersebut dierami selama kurang lebih 21 hari agar dapat menetas. Setelah menetas telur menjadi anak ayam dengan bulu-bulu halus ditubuhnya. Lama kelamaan, anak ayam tersebut tumbuh besar dan bulu-bulu halusnyapun berubah menjadi banyak, tebal sama seperti induknya. Setelah dewasa hewan berkembang biak menghasilkan telur. Nah dari telur inilah daur hidup ayam dimulai.
 Berikut ini adalah sebuah video tentang perkembangan embrio di dalam telur ayam.

2. Daur hidup kucing.
            Kucing berkembang biak dengan cara melahirkan. Sebelum melahirkan kucing mengalami masa kehamilan selama 3 bulan. Setelah 3 bulan baru kucing tersebut melahirkan anak kucing yang lucu yang sama seperti induknya. Anak kucing yang baru dilahirkan belum bisa makan sendiri hanya dapat menyusui. Setelah lebih dari satu bulan barulah anak kucing tersebut bisa memakan makanan yang lain. Anak kucing hingga dewasa tidak mengalami perubahan bentuk. Hanya saja bertambah besar, gerakannyapun sangat lincah sudah bisa memanjat dan melompat dengan tinggi.

3. Daur Hidup Kanguru
            Kanguru berkembang biak dengan cara beranak.Kanguru dapat kita jumpai di benua Australia dan Papua (Irian Jaya). Sama halnya dengan kucing, kanguru juga mengandung. Hanya saja kanguru mengandung kira-kira hanya 1 bulan. Anak kanguru lahir sangat kecil dan lemah. Begitu keluar dari tubuh induknya anak kanguru merambat perlahan ke kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong tersebut anak kanguru menyusu sampai berbulan-bulan.setelah cukup besar barulah anak kanguru keluar dari tubuh induknya.
 

Senin, 16 Januari 2017

artikel "Pengaruh Metode Pembelajaran dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar IPA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
The Influence of Learning Method and Scientific Attitude Towards Learning Achievement of Natural Science Subject

DEWI HASTATY LANUSI
SDN No. 86 Kota Tengah Kota Gorontalo

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan diskusi. (2) Pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar. (3) Perbedaan antara hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dengan yang dibelajarkan dengan metode diskusi, pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, dan (4) Perbedaan antara hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dengan yang dibelajarkan dengan metode diskusi, pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Analisis penelitian dengan ANAVA dua jalur yang kemudian dilanjutkan dengan uji tuckey menghasilkan kesimpulan: (1) Hasil belajar  siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi. (2) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA. (3) Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan dengan  metode eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode diskusi. (4) Pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang dibelajarkan dengan metode diskusi memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Metode Eksperimen, Metode Diskusi, Sikap ilmiah, dan Hasil Belajar IPA
ABSTRACT
The aim of this research was to know : (1) the difference of the learning achievement of Natural science subject, between the students who were  treated in experiment method and discussion method, (2) the influence of interaction between learning method and the scientific attitude of the learning achievement, (3) the difference between the learning achievement of Natural Sciences subject between studentswho were treated in experiment method and discussion method, on students who are categorized in prossessing high scientific attitude, and (4) the difference between the learning achievement of Natural Science subject between students who were treated in experiment method and discussion method, and on students who are categorized in prossessing low scientific attitude. The method used in this research was experiment. The analysis of the research used ANAVA with two lanes, than continued with Tuckey test. The learning achievement concluded; (1) the learning achievement of students which used experiment method was higher than discussion method, (2) there was an interaction between the learning method with the scientific attitude to the learning achievement of  Natural Sciences Subject, (3) Students who had high scientific attitude and taught with discussion method had higher learning achievement than students who taught with discussion method.(4) Students who had less scientific attitude and taught with discussion method had higher learning achievement than students who taught with experiment method.
Keywords; Learning Method, Experiment method, Discussion method, Scientific Attitude, Learning Achievement of Science Subject.
Pendahuluan
Hasil belajar siswa merupakan indikator atau gambaran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga masalah hasil belajar siswa merupakan salah satu problem yang tidak akan pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan guru  dalam kelas, lingkungan belajar siswa, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Ketidaktepatan metode pembelajaran akan berakibat pada rendahnya aktivitas dan motivasi siswa sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar mereka juga.
Guru hendaknya memiliki kemampuan yang memadai tentang siswa yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahaman ini mencakup kesiapan, kemampuan, dan latar belakang siswa  yang semua itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak lagi  menjadi orang yang mengajar saja, tetapi orang yang mengajar dirinya melalui dialog dengan para siswa yang pada gilirannya selain dia mengajar juga diajar. Guru tidak lagi menerapkan pendidikan gaya bank, dimana siswa hanya terbatas siap menerima, mencatat, menghafal, menyimpan serta tanpa mempunyai daya cipta, inisiatif, dan kreatif. Usaha itu akan berhasil manakala guru mampu menempatkan diri sebagai pengabdi untuk kepentingan humanisasi dengan mencurahkan segala perhatiannya kepada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
Tugas  guru adalah mempermudah siswa untuk belajar, memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan pembelajaran bermakna secara signifikan bagi diri siswa secara holistik. Keingintahuan siswa secara bebas, keterbukaan, dan segala sesuatunya bisa digali dan dipertanyakan. Pada akhirnya, tuntutan mutu pendidikan untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai.
Kenyataan yang peneliti temui di lapangan jauh berbeda dengan apa yang diharapkan, proses pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa lebih banyak mencatat, mendengarkan ceramah guru sambil duduk diam, akhirnya pembelajaran tidak menarik perhatian siswa, dan tentunya hal inilah yang nmenyebabkan materi pelajaran  mudah dilupakan karena kurang bermakna, sehingga mengakibatkan  hasil belajar  siswa rendah, dimana nilai IPA yang diperoleh siswa masih  ada beberapa orang berada dibawah standar  yang diharapkan dengan ketentuan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 75%.
Masalah diatas haruslah segera dicarikan solusinya agar tidak semakin kompleks, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya menerapkan prinsip belajar Aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Guru juga haruslah menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya  tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil belajar  meningkat. Selain itu dalam jangka panjang diharapkan siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat.
Agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai macam cara. Dalam pembelajaran  IPA salah satu metode yang dapat digunakan guru  yaitu melalui penerapan metode yang memungkinkan siswa dapat beraktivitas, menumbuhkan sikap ilmiah dan membangun sendiri pemahamannya melalui pengamatan langsung yaitu metode eksperimen, dalam hal ini metode yang dianggap tepat digunakan dan akan diteliti pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Terpilihnya metode eksperimen karena metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. (Djamarah dan Zain 2006: 84).
Selain metode eksperimen, metode diskusi juga merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan. Metode diskusi ini dapat digunakan untuk belajar konsep dan prinsip, melalui pembelajaran metode ini siswa dapat memahami konsep dan prinsip secara lebih baik. Kegiatan belajar siswa lebih aktif terutama dalam proses bertukar pikiran melalui komunikasi verbal. Oleh karena itu, metode pembelajaran ini dapat memberi dampak juga terhadap bentuk belajar verbal. Menurut Aqib (2010: 95) metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas sesuatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan.
Sehubungan dengan hal diatas, secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Trianto (2010: 141) mengatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Dari uraian diatas jelaslah bahwa sikap ilmiah penting untuk ditumbuhkembangkan pada setiap diri siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah.
Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini selalu berkenaan dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan pada suatu masalah atau obyek. Menurut Baharudin (dalam Bahrul, 2007) mengemukakan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan kata lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Sementara itu Harlen (dalam Anwar, 2009: 108) mengemukakan dimensi sikap ilmiah diantaranya adalah: sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran terbuka, kerjasama, sikap ketekunan dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Tentunya sikap-sikap diatas, dapat ditumbuhkembangkan pada diri setiap siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA. Karena pelajaran IPA sangat mengedepankan kegiatan proses atau lebih dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah (scientific approach). Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan kegiatan-kegiatan  proses, yaitu: mengamati, menjelaskan, mengklasifikasi, mencoba,  mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Sehingga dari kegiatan proses tersebut diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan sikap ilmiah siswa. Pada kenyataannya sebagaimana hasil observasi di sekolah, guru terkadang kurang memperhatikan kegiatan-kegiatan proses,  kurang menguasai keterampilan proses, guru lebih cenderung memperhatikan hasil sementara bagaimana prosesnya menjadi urutan kedua, padahal untuk mendapatkan hasil yang maksimal haruslah melalui proses yang maksimal pula, adanya fenomena ini menyebabkan sikap ilmiah siswa kurang berkembang sehingga sikap ilmiah mereka bervariatif, ada yang memiliki sikap ilmiah rendah dan ada pula yang memiliki sikap ilmiah tinggi.
Penelitian ini bermaksud untuk melihat sejauhmana  metode eksperimen dan diskusi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari sikap ilmiah siswa itu sendiri. Hasil penelitian inipun diharapkan dapat memberikan suatu terobosan baru dalam dunia pendidikan sehingga bisa menambah khazanah pengetahuan guru dalam membelajarkan siswanya khususnya pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 86 Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yang melibatkan variabel terikat (Y), variabel bebas (X1) dan variabel atribut (X2). Variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa. Variabel bebasnya yaitu penerapan metode pembelajaran yaitu metode diskusi dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah siswa dijadikan sebagai variabel atribut.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar untuk menilai kemampuan kognitif siswa, sedangkan untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotor digunakan instrumen penilaian afektif dan psikomotor melalui observasi, yang dinilai selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya untuk menilai sikap ilmiah siswa digunakan angket.
Desain penelitian treatment by level 2 x 2 sebagaimana disajikan dalam rancangan berikut:
Tabel 1. Rancangan Treatment By Level 2 x 2
        Metode Pembelajaran


Sikap Ilmiah
Eksperimen
(A1)
Diskusi
(A2)

Tinggi ( B1)
A1B1
A2B1

Rendah(B2)
A1B2
A2B2
Keterangan:
A1        : Kelompok siswa diajar dengan metode eksperimen
A2        : Kelompok siswa diajar dengan metode diskusi
B1        : Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
B2        : Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
A1B1     : Kelompok siswa yang diajar dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi
A2B1     :  Kelompok siswa yang diajar dengan metode diskusi dan memiliki sikap ilmiah tinggi
A1B2     :  Kelompok siswa yang diajar dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah rendah
A2B2     :  Kelompok siswa yang diajar dengan metode diskusi dan memiliki sikap ilmiah rendah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran pada proses pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA dengan subyek penelitiannya adalah sejumlah siswa. Oleh karena itu populasi targetnya (target population) adalah adalah total siswa Kelas V SDN NO. 86 Kota Tengah tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 41 siswa yang tersebar dalam 2 (dua) kelas.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN No. 86 Kota Tengah yang berjumlah 41 orang dan tersebar dalam dua kelas, kelas yang satu dibelajarkan dengan metode eksperimen sedangkan kelas yang lain dibelajarkan dengan metode diskusi. Kemudian dari masing-masing kelas akan ditentukan lagi kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Penentuan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan yang memiliki sikap ilmiah rendah dijaring melalui angket yang diedarkan kepada siswa.
Selanjutnya skor hasil pengujian diurutkan dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah. Dari urutan skor yang ada ditetapkan 33% kelompok atas dan 33% kelompok bawah sebagai sampel. Hal ini didasarkan pada pendapat Dali S.Naga (1992: 53), bahwa perbedaan antara kelompok tinggi dan kelompok rendah dapat ditetapkan antara 20% sampai dengan 50%. Perbedaan antara kelompok tinggi dan kelompok rendah dilakukan  dalam rangka pengukuran dan pengelompokkan siswa berdasarkan kecenderungan sikap ilmiahnya.
Hasil dan Pembahasan
Pengujian hipotesis  dilakukan dengan teknik Analisis Varians 2 jalur (ANAVA 2 x 2), kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji tuckey. Analisis Varians dua jalur adalah suatu teknik perhitungan (statistik Parametrik) yang bertujuan untuk menyelidiki dua pengaruh, yaitu pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect).
Adapun hasil perhitungan ANAVA 2 jalur ini secara ringkas dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA Data Hasil Belajar IPA
Sumber Variansi
Jk
dk
Rk
Fhitung
Ftabel 0,05
Ftabel 0,01
Kolom (K)
43,75
1
43,75
8,53
4,26
7,82
Baris (B)
26,04
1
26,04
5,07
4,26
7,82
( B K )
505,75
1
505,75
98,57
4,26
7,82
Dalam (d)
123,14
24
5,13
-
-
-
Total (T)
698,68
27
580,67
-
-
-
Keterangan :  *   = signifikan pada a = 0,05
Berdasarkan rangkuman perhitungan ANAVA di atas, dapat dijelaskan:
1.       Hasil analisis varians dua jalur antar kolom diperoleh harga Fhitung = 8,53 lebih besar dari Ftabel = 4,26 pada taraf signifikansi a = 0,05. Ini berarti hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang belajarkan dengan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi diterima secara signifikan. Hasil perhitungan menunjukan skor rata-rata hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen (A­1) sebesar 21,36 lebih tinggi dari skor rata hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi (A2) sebesar 18,86 dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan, secara keseluruhan hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
2.       Hasil analisis varians dua jalur antara kolom dan baris diperoleh harga Fhitung = 98,57 lebih besar dari Ftabel = 7,82  pada taraf signifikansi a = 0,01. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah siswa  terhadap hasil belajar IPA diterima secara signifikan.
Hasil perhitungan uji lanjut dengan uji tuckey untuk kedua kelompok/subyek yang dibandingkan tersebut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.  Ringkasan Hasil perhitungan Uji Tuckey (a = 0,05)
No
Kelompok
Perbandingan
Qhitung
Qtabel (0,05)
Kesimpulan
1.
A1B1 dengan A2B1
12,85
3,34
Signifikan
2.
A1B2 dengan A2B2
7,01
3,34
Signifikan

Dari hasil perhitungan uji tuckey di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.       Hasil analisis dengan uji tuckey untuk kelompok siswa (A1B1) yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukan, bahwa metode eksperimen memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan metode diskusi. Ini terbukti bahwa harga Qhitung = 12,85 > Qtabel = 3,34   (a=0,05). Juga nilai rata-rata hasil belajar dari kelompok A1B1 (X = 21,36) lebih tinggi dari kelompok A2B1 (X = 18,86). Artinya, hipotesis ini diterima atau teruji secara signifikan.
2.       Hasil analisis dari uji tuckey untuk kelompok siswa (A2B2) yang memiliki sikap ilmiah rendah menunjukan, bahwa metode diskusi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan metode eksperimen (A1B2). Ini terbukti bahwa harga Qhitung = 7,01 > Qtabel = 3,34  (a=0,05). Juga nilai rata-rata hasil belajar dari kelompok A2B2 (X = 22,14) lebih tinggi dari kelompok A1B2 (X =16,14). artinya, hipotesis ini diterima secara signifikan.
Hasil belajar siswa pada aspek afektif.
Pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen aspek-aspek afeksi yang dinilai dari siswa adalah meliputi: kerjasama, ketelitian dan ketekunan. Sedangkan pada pada siswa yang diajar dengan metode diskusi aspek afeksi yang dinilai adalah keberanian dalam mengungkapkan pendapat, menghargai pendapat teman dan aktif dalam diskusi.
Hasil belajar siswa pada aspek afektif  baik yang diajar dengan metode eksperimen maupun diskusi pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi adalah sebanyak 9 orang atau 64% yamg memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 5 orang atau 36% memperoleh  nilai 2 dengan kriteria cukup. Sedangkan pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah ada 7 orang atau 50% yang memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 7 orang lainnya atau 50% memperoleh nilai 2 dengan kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka hasil belajar afektifnya semakin baik.
Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor
Adapun yang menjadi aspek penilaiannya adalah bagaimana siswa menggunakan peralatan dengan baik, mengamati dan menarik kesimpulan serta membuat laporan pada siswa yang diajar dengan metode psikomotor. Sedangkan pada siswa yang diajar dengan metode diskusi aspek psikomotor yang dinilai adalah bagaimana membuat laporan serta melaporkan laporan tersebut dengan baik.
Pada aspek psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi baik yang dibelajarkan dengan metode eksperimen maupun diskusi memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang meiliki sikap ilmiah rendah. Hai ini dapat dilihat dari hasil observasi dimana dari 14 siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi terdapat 10 orang (71%) yang memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 4 orang siswa (29%) memperoleh nilai cukup sedangkan pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah ternyata ada 8 orang (57%) yang memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 6 orang lainnya (43%) memperoleh nilai 2 dengan kriteria cukup.
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian hipotesis penelitian, yaitu:
1.       Perbedaan Hasil Belajar IPA pada siswa yang Dibelajarkan dengan Metode Eksperimen dan Metode Diskusi.
Berdasarkan hasil analisis data, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan metode diskusi. Hal ini menunjukan koefisien ANAVA (F) sebesar 8,53 yang ternyata signifikan. Selanjutnya bahwa hasil belajar IPA  dengan metode eksperimen memiliki skor rata 21,36 lebih tinggi daripada hasil belajar IPA dengan metode diskusi dengan skor rata-rata 18,86 jadi terdapat pengaruh antara metode eksperimen dan metode diskusi terhadap hasil belajar IPA.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terlihat bahwa siswa sangat antusias, sangat termotivasi dan kelihatan sangat gembira, bahkan mereka terlihat penasaran dan ingin tahu terhadap apa yang nantinya akan mereka eksperimenkan. Sehingga dengan adanya rasa ingin tahu yang besar, motivasi yang tinggi dan kesenangan dalam menerima pelajaran maka dapatlah dipastikan bahwa mereka mampu memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan baik.
Jika dalam metode diskusi kegiatan siswa hanya sebatas dalam menyatukan pendapat untuk memecahkan suatu masalah maka pada metode eksperimen siswa yang melakukan sendiri, membuktikan sendiri apa yang menjadi permasalahan atau dalam hal ini indikator yang sedang dipelajari, sehingga dengan melakukan sendiri, maka siswa dapat menyimpulkan sendiri dan dapat membentuk suatu konsep atau pengertian tersendiri sehingga materi pembelajaran tidak akan mudah dilupakan oleh siswa, sedangkan pada metode diskusi, kegaiatan pembelajaran hanya sebatas verbalisme, sehingga materi pelajaran akan lebih mudah dilupakan. Dengan perbedaan ini pula wajar jika hasil belajar IPA pada siswa yang diajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan metode diskusi.
2.       Interaksi Metode Pembelajaran dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar IPA
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan adanya pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa dengan hasil belajar IPA. Hal ini ditegaskan dalam pengujian hipotesis dengan Fhitung  98,57 sedangkan Ftabel pada a = 0,01 yang sebesar 7,82. Jadi 98,57 > 7,82 pada tara signifikasi  a = 0,01. Hasil pengujian ini mengandung arti bahwa hipotesisi nol (H0) ditolak dan hipotesis tandingan (H1) yang menyatakan terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA diterima.
 Agar dalam proses pembelajaran dapat tercipta suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara dinamis kearah positif, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat. Berbagai metode dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, metode yang sesuai dan dapat menunjang keterampilan proses diantaranya adalah metode eksperimen dan diskusi. Melalui metode eksperimen dan diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses siswa sehingga disamping dapat menumbuhkembangkan  sikap ilmiahnya juga dapat meningkatkan hasil belajarnya pula. Berdasarkan hal inilah jelaslah  terdapat pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa.
3.       Perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan metode eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi
Berdasarkan hasil uji tuckey untuk kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah dibelajarkan dengan metode eksperimen (A1B1) dan kelompok siswa yang mengikuti metode diskusi (A2B1) menunjukkan bahwa metode eksperimen memberikan hasil belajar yang lebih tinggi. Hal ini sesuai hasil pengujian bahwa harga Qhitung  = 12,85 > Qtabel  = 3,34  pada α = 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa H0 yang menyatakan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi  ditolak. Dengan demikian hipotesis tandingan  H1 yang menyatakan bahwa  rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi diterima.
Perbedaan  rata-rata skor hasil belajar IPA siswa ini dibuktikan oleh rata -rata skor hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan metode eksperimen pada siswa yang memiliki sikap ilmiah  tinggi (X A1B1) sebesar 26,57 lebih besar dari rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi (X  A2B1) sebesar 15,57. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi sangat cocok dibelajarkan dengan metode eksperimen dalam mempelajari konsep IPA. Karena sikap ilmiah mereka akan lebih terasah dan berkembang jika mereka dibelajarkan dengan metode eksperimen.
Siswa yang memiiki sikap ilmiah tinggi apabila dibelajarkan dengan metode eksperimen, maka sikap ingin tahunya, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitasnya  terpenuhi, sehingga dengan terpenuhinya sikap-sikap tersebut menyebabkan siswa senang dan antusias dalam menerima pelajaran. Sehingga tidaklah mengherankan jika siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan dibelajarkan dengan metode eksperimen maka hasil belajarnya akan lebih tinggi dibanding dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
4.       Pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen hasil belajarnya lebih rendah daripada hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
Dari hasil analisis data, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen dan metode diskusi. Hasil yang menunjukan angka pada uji tuckey sebesar 7,01 yang ternyata signifikan. Dari hasil uji tuckey ini menunjukan hasil belajar IPA yang memiliki sikap ilmiah rendah dengan metode diskusi memiliki skor rata-rata 22,14 ternyata lebih tinggi dari metode eksperimen yang memiliki skor rata-rata 16,14.
Temuan pada penelitian ini bahwa metode disksusi berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah akan lebih percaya diri dalam menghadapi tugas yang sulit, akan merasa yakin terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan, akan merasa lebih tenang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran apabila dibelajarkan dengan metode diskusi. Karena dengan metode diskusi siswa dapat bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa sehingga memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan dan mampu mencari jawaban atau jalan terbaik secara bersama.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Desi Nur Anisa, dkk (2013) yang dipublikasikan melalui Jurnal Pendidikan Kimia Vol.2 No. 2 Universitas Sebelas Maret menyebutkan bahwa dengan metode eksperimen di laboratorium memberikan prestasi belajar yang lebih baik terhadap kelas kontrol, Semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; pertama, Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi; kedua, Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA; ketiga, Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan dengan  metode eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode diskusi; dan terakhir, Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang dibelajarkan dengan metode diskusi memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode eksperimen.
Saran
Sebaiknya para guru harus mengetahui dan mampu dalam menggunakan model, metode, pendekatan maupun strategi dalam proses pembelajaran. Dalam menentukan metode pembelajaran, guru hendaknya lebih memperhatikan karakteristik materi yang akan dibelajarkan pada siswa. Di samping itu, kondisi siswa juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan model dan metode pembelajaran, sebab pengaruh pada sikap ilmiah dan semangat belajar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Pengidentifikasian dan pengembangan sikap ilmiah siswa perlu dilakukan oleh guru, sebab dengan mengetahui sikap ilmiah siswa dapat memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.  
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, D.N. dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe and Explanation) dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam Kelas VII Semester I SMPN 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Universitas Sebelas Maret.http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&ved=0CEAQFjAEOAo&url=http%3A%2F%2Fportalgaruda.org%2Fdownload_article.php%3Farticle%3D107528%26val%3D4061&ei=BegRU8vNCq29iAeEs4GoAQ&usg=AFQjCNF2W7zHnK9V2hJ2Ss435xPXJ1A-0A. Diakses 3 Maret 2014.
Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu volume 2 no.5. Yogyakarta : Pena Persada

Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.


Djamarah, S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta : Gunadarama.

Trianto . 2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Biodata
Nama                                       : Dewi Hastaty Lanusi
Tempat dan Tanggal Lahir          : Kab. Gorontalo, 18 Mei 1977
Pendidikan                                : S2 Pendidikan Dasar Kons. Sains
Hasil-hasil penelitian yang pernah dibuat :
1.       PTK : Meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN No. 81 Kota Tengah Kota Gorontalo Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.       PTK : Upaya Meningkatkan Hasil belajar IPA pada Materi Rangkaian Listrik Sederhana Melalui Metode Eksperimen (Suatu PTK Di Kelas VI SDN No. 86 Kota Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016)
3.       PTK : Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan Buku Cerita Atau Komik pada Siswa Kelas VI SDN No. 86 Kota Tengah
Kegiatan seminar yang pernah diikuti :
1.       Seminar PTK yang dilaksanakan oleh UD. Sukses Fokus bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Gorontalo pada Tahun 2014
2.       Seminar nasional dan bedah buku serta Diklat PTK yang diselenggarakan oleh Institute Development For Emporwerment pada tahun 2009.
3.       Sebagai peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah terbuka tingkat mahasiswa daerah Gorontalo pada Tahun 2000.