PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN SIKAP
ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
The
Influence of Learning Method and Scientific Attitude Towards Learning
Achievement of Natural Science Subject
DEWI
HASTATY LANUSI
SDN No. 86 Kota Tengah Kota Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Perbedaan hasil
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan diskusi.
(2) Pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar. (3) Perbedaan antara hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan
metode eksperimen dengan yang dibelajarkan dengan metode diskusi, pada kelompok
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, dan (4) Perbedaan antara hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan
metode eksperimen dengan yang dibelajarkan dengan metode diskusi, pada kelompok
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Analisis penelitian dengan ANAVA dua jalur yang
kemudian dilanjutkan dengan uji tuckey menghasilkan
kesimpulan:
(1) Hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen
lebih tinggi dari hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi. (2) Terdapat
interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar IPA. (3) Pada siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan dengan metode eksperimen
memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti metode diskusi. (4) Pada kelompok
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang dibelajarkan dengan metode diskusi memiliki
hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Metode Eksperimen, Metode
Diskusi, Sikap ilmiah, dan Hasil Belajar IPA
ABSTRACT
The aim of
this research was to know : (1) the difference of the learning achievement of
Natural science subject, between the students who were treated in experiment method and discussion
method, (2) the influence of interaction between learning method and the
scientific attitude of the learning achievement, (3) the difference between the
learning achievement of Natural Sciences subject between studentswho were
treated in experiment method and discussion method, on students who are
categorized in prossessing high scientific attitude, and (4) the difference
between the learning achievement of Natural Science subject between students
who were treated in experiment method and discussion method, and on students
who are categorized in prossessing low scientific attitude. The method used in
this research was experiment. The analysis of the research used ANAVA with two
lanes, than continued with Tuckey test. The learning achievement concluded; (1)
the learning achievement of students which used experiment method was higher
than discussion method, (2) there was an interaction between the learning
method with the scientific attitude to the learning achievement of Natural Sciences Subject, (3) Students who
had high scientific attitude and taught with discussion method had higher
learning achievement than students who taught with discussion method.(4)
Students who had less scientific attitude and taught with discussion method had
higher learning achievement than students who taught with experiment method.
Keywords;
Learning Method, Experiment method, Discussion method,
Scientific Attitude, Learning Achievement of Science Subject.
Pendahuluan
Hasil belajar siswa merupakan indikator atau gambaran
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga masalah
hasil belajar siswa merupakan salah satu problem yang tidak akan pernah habis
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa, dan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Ketidaktepatan metode pembelajaran akan
berakibat pada rendahnya aktivitas dan motivasi siswa sehingga secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar mereka juga.
Guru hendaknya memiliki kemampuan yang
memadai tentang siswa
yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahaman ini mencakup kesiapan, kemampuan, dan
latar belakang siswa yang semua itu akan
membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru tidak lagi menjadi orang yang mengajar saja, tetapi orang yang mengajar dirinya
melalui dialog dengan para siswa yang pada gilirannya selain dia mengajar juga
diajar. Guru tidak lagi menerapkan pendidikan gaya bank, dimana siswa hanya
terbatas siap menerima, mencatat, menghafal, menyimpan serta tanpa mempunyai
daya cipta, inisiatif, dan kreatif. Usaha itu akan berhasil manakala guru mampu
menempatkan diri sebagai pengabdi untuk kepentingan humanisasi dengan
mencurahkan segala perhatiannya kepada keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
Tugas guru adalah mempermudah siswa untuk belajar,
memberikan kondisi yang kondusif yang mampu menciptakan pembelajaran bermakna
secara signifikan bagi diri siswa secara holistik. Keingintahuan siswa secara
bebas, keterbukaan, dan segala sesuatunya bisa digali dan dipertanyakan. Pada
akhirnya, tuntutan mutu pendidikan untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dapat tercapai.
Kenyataan yang peneliti temui di lapangan jauh berbeda dengan
apa yang diharapkan, proses pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa lebih
banyak mencatat, mendengarkan ceramah guru sambil duduk diam, akhirnya
pembelajaran tidak menarik perhatian siswa, dan tentunya hal inilah yang nmenyebabkan materi pelajaran mudah dilupakan karena kurang bermakna, sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah, dimana nilai IPA yang diperoleh siswa masih ada beberapa orang berada dibawah standar yang diharapkan dengan ketentuan dalam
Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 75%.
Masalah diatas haruslah segera
dicarikan solusinya agar tidak semakin kompleks, dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, guru hendaknya menerapkan prinsip belajar Aktif, yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan
perasaan), Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Guru juga haruslah
menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada kegiatan pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang menyenangkan ditandai
dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil belajar meningkat. Selain itu dalam jangka panjang
diharapkan siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri
sepanjang hayat.
Agar pembelajaran menjadi aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara. Dalam pembelajaran IPA salah satu metode
yang dapat digunakan guru yaitu melalui
penerapan metode yang memungkinkan siswa dapat beraktivitas, menumbuhkan sikap ilmiah
dan membangun sendiri pemahamannya melalui pengamatan langsung yaitu metode
eksperimen,
dalam hal ini metode yang dianggap tepat digunakan dan akan diteliti
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Terpilihnya metode
eksperimen karena metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri mengenai suatu obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian
siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. (Djamarah dan Zain 2006: 84).
Selain metode eksperimen, metode diskusi juga merupakan
salah satu dari beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia
pendidikan. Metode diskusi ini dapat digunakan untuk belajar konsep dan
prinsip, melalui pembelajaran metode ini siswa dapat memahami konsep dan
prinsip secara lebih baik. Kegiatan belajar siswa lebih aktif terutama dalam
proses bertukar pikiran melalui komunikasi verbal. Oleh karena itu, metode
pembelajaran ini dapat memberi dampak juga terhadap bentuk belajar verbal.
Menurut Aqib (2010: 95) metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan
pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas
sesuatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan.
Sehubungan dengan
hal diatas, secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang
lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan
teori dan konsep. Trianto (2010: 141) mengatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Dari uraian
diatas jelaslah bahwa sikap ilmiah penting untuk ditumbuhkembangkan pada setiap
diri siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah.
Sikap selalu
berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini selalu berkenaan
dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi
dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan pada suatu masalah atau obyek. Menurut Baharudin (dalam Bahrul,
2007) mengemukakan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang diperlihatkan oleh para
ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan kata
lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan
masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Sementara itu
Harlen (dalam Anwar, 2009: 108) mengemukakan dimensi sikap ilmiah diantaranya
adalah: sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir
kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran terbuka, kerjasama,
sikap ketekunan dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Tentunya
sikap-sikap diatas, dapat ditumbuhkembangkan pada diri setiap siswa melalui
kegiatan-kegiatan pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA. Karena
pelajaran IPA sangat mengedepankan kegiatan proses atau lebih dikenal dengan
istilah pendekatan ilmiah (scientific
approach). Adapun ciri-ciri umumnya adalah kegiatan pembelajaran yang
mengedepankan kegiatan-kegiatan proses,
yaitu: mengamati, menjelaskan, mengklasifikasi, mencoba, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Sehingga
dari kegiatan proses tersebut diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
sikap ilmiah siswa. Pada kenyataannya sebagaimana hasil observasi di sekolah,
guru terkadang kurang memperhatikan kegiatan-kegiatan proses, kurang menguasai keterampilan proses, guru
lebih cenderung memperhatikan hasil sementara bagaimana prosesnya menjadi
urutan kedua, padahal untuk mendapatkan hasil yang maksimal haruslah melalui
proses yang maksimal pula, adanya fenomena ini menyebabkan sikap ilmiah siswa
kurang berkembang sehingga sikap ilmiah mereka bervariatif, ada yang memiliki
sikap ilmiah rendah dan ada pula yang memiliki sikap ilmiah tinggi.
Penelitian ini bermaksud untuk melihat
sejauhmana metode eksperimen dan diskusi memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa ditinjau dari
sikap ilmiah siswa itu sendiri. Hasil penelitian inipun diharapkan
dapat memberikan suatu terobosan baru dalam dunia pendidikan sehingga bisa
menambah khazanah pengetahuan guru dalam membelajarkan siswanya khususnya pada mata pelajaran IPA di sekolah
dasar.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 86 Kota Tengah Kota
Gorontalo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen
yang melibatkan variabel terikat (Y), variabel bebas (X1) dan variabel atribut
(X2). Variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa.
Variabel bebasnya yaitu penerapan metode pembelajaran yaitu metode diskusi dan
eksperimen, sedangkan sikap ilmiah siswa dijadikan sebagai variabel atribut.
Alat pengumpulan
data yang digunakan adalah tes hasil belajar untuk menilai kemampuan kognitif
siswa, sedangkan untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotor digunakan
instrumen penilaian afektif dan psikomotor melalui observasi, yang dinilai
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selanjutnya untuk menilai sikap
ilmiah siswa digunakan angket.
Desain penelitian treatment by level 2 x 2 sebagaimana disajikan dalam
rancangan berikut:
Tabel
1. Rancangan Treatment By Level 2 x 2
Metode
Pembelajaran
Sikap Ilmiah
|
Eksperimen
(A1)
|
Diskusi
(A2)
|
Tinggi ( B1)
|
A1B1
|
A2B1
|
Rendah(B2)
|
A1B2
|
A2B2
|
Keterangan:
A1 :
Kelompok siswa diajar dengan metode eksperimen
A2 : Kelompok siswa diajar dengan metode
diskusi
B1 : Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
B2 : Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
A1B1 : Kelompok siswa yang diajar dengan metode
eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi
A2B1 : Kelompok
siswa yang diajar dengan metode diskusi dan memiliki sikap ilmiah tinggi
A1B2 : Kelompok
siswa yang diajar dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah rendah
A2B2 : Kelompok siswa yang diajar dengan metode
diskusi dan memiliki sikap ilmiah rendah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode
pembelajaran pada proses pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar
IPA dengan subyek penelitiannya adalah sejumlah siswa. Oleh karena itu populasi
targetnya (target population) adalah
adalah total siswa Kelas V SDN NO. 86 Kota Tengah tahun pelajaran 2013/2014
yang berjumlah 41 siswa yang tersebar dalam 2 (dua) kelas.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SDN No. 86 Kota Tengah yang berjumlah 41 orang dan
tersebar dalam dua kelas, kelas yang satu dibelajarkan dengan metode eksperimen
sedangkan kelas yang lain dibelajarkan dengan metode diskusi. Kemudian dari
masing-masing kelas akan ditentukan lagi kelompok siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Penentuan
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan yang memiliki sikap ilmiah rendah
dijaring melalui angket yang diedarkan kepada siswa.
Selanjutnya skor hasil pengujian diurutkan dari skor
tertinggi sampai dengan skor terendah. Dari urutan skor yang ada ditetapkan 33%
kelompok atas dan 33% kelompok bawah sebagai sampel. Hal ini didasarkan pada
pendapat Dali S.Naga (1992: 53), bahwa perbedaan antara kelompok tinggi dan
kelompok rendah dapat ditetapkan antara 20% sampai dengan 50%. Perbedaan antara
kelompok tinggi dan kelompok rendah dilakukan
dalam rangka pengukuran dan pengelompokkan siswa berdasarkan
kecenderungan sikap ilmiahnya.
Hasil dan
Pembahasan
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan teknik Analisis
Varians 2 jalur (ANAVA 2 x 2), kemudian dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji tuckey. Analisis Varians dua
jalur adalah suatu teknik perhitungan (statistik
Parametrik) yang bertujuan untuk
menyelidiki dua pengaruh, yaitu pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect).
Adapun hasil perhitungan ANAVA 2 jalur ini secara ringkas
dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA Data
Hasil Belajar IPA
Sumber Variansi
|
Jk
|
dk
|
Rk
|
Fhitung
|
Ftabel 0,05
|
Ftabel 0,01
|
Kolom (K)
|
43,75
|
1
|
43,75
|
8,53
|
4,26
|
7,82
|
Baris (B)
|
26,04
|
1
|
26,04
|
5,07
|
4,26
|
7,82
|
( B K )
|
505,75
|
1
|
505,75
|
98,57
|
4,26
|
7,82
|
Dalam (d)
|
123,14
|
24
|
5,13
|
-
|
-
|
-
|
Total (T)
|
698,68
|
27
|
580,67
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : * = signifikan pada a = 0,05
Berdasarkan rangkuman perhitungan ANAVA
di atas, dapat dijelaskan:
1.
Hasil analisis varians dua jalur antar kolom diperoleh harga
Fhitung = 8,53 lebih besar dari Ftabel = 4,26 pada taraf signifikansi a = 0,05. Ini berarti hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat
perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang belajarkan dengan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi diterima secara signifikan. Hasil
perhitungan menunjukan skor rata-rata hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode
eksperimen (A1)
sebesar 21,36 lebih tinggi dari
skor rata hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi (A2) sebesar 18,86 dengan demikian hipotesis pertama yang
menyatakan, secara keseluruhan hasil belajar IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar IPA pada
siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
2.
Hasil analisis varians dua jalur antara kolom dan baris
diperoleh harga Fhitung = 98,57 lebih besar dari Ftabel = 7,82 pada taraf signifikansi a = 0,01. Hal ini berarti bahwa
hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran
dan sikap ilmiah
siswa
terhadap hasil belajar IPA ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif yang
menyatakan terdapat interaksi antara metode
pembelajaran
dan sikap ilmiah siswa
terhadap hasil belajar IPA diterima secara
signifikan.
Hasil perhitungan uji lanjut dengan uji tuckey untuk kedua kelompok/subyek yang dibandingkan tersebut
disajikan pada tabel berikut.
Tabel
3. Ringkasan Hasil perhitungan Uji
Tuckey (a = 0,05)
No
|
Kelompok
Perbandingan
|
Qhitung
|
Qtabel
(0,05)
|
Kesimpulan
|
1.
|
A1B1 dengan A2B1
|
12,85
|
3,34
|
Signifikan
|
2.
|
A1B2 dengan A2B2
|
7,01
|
3,34
|
Signifikan
|
Dari hasil perhitungan uji tuckey di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil analisis dengan uji tuckey untuk kelompok siswa (A1B1)
yang memiliki sikap ilmiah
tinggi menunjukan, bahwa metode eksperimen memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan metode diskusi. Ini terbukti bahwa harga Qhitung = 12,85 >
Qtabel = 3,34
(a=0,05).
Juga nilai rata-rata hasil belajar dari kelompok A1B1 (X = 21,36) lebih tinggi dari kelompok A2B1
(X = 18,86). Artinya, hipotesis ini diterima atau teruji secara signifikan.
2.
Hasil analisis dari uji tuckey untuk kelompok siswa (A2B2)
yang memiliki sikap ilmiah
rendah menunjukan, bahwa metode diskusi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar
IPA dibandingkan dengan metode eksperimen (A1B2). Ini
terbukti bahwa harga Qhitung = 7,01
> Qtabel = 3,34
(a=0,05).
Juga nilai rata-rata hasil belajar dari kelompok A2B2 (X = 22,14) lebih tinggi dari kelompok A1B2
(X =16,14). artinya, hipotesis ini diterima
secara signifikan.
Hasil belajar siswa pada aspek afektif.
Pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen
aspek-aspek afeksi yang dinilai dari siswa adalah meliputi: kerjasama,
ketelitian dan ketekunan. Sedangkan pada pada siswa yang diajar dengan metode
diskusi aspek afeksi yang dinilai adalah keberanian dalam mengungkapkan pendapat,
menghargai pendapat teman dan aktif dalam diskusi.
Hasil belajar siswa pada aspek afektif baik yang diajar dengan metode eksperimen
maupun diskusi pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi adalah
sebanyak 9 orang atau 64% yamg memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 5
orang atau 36% memperoleh nilai 2 dengan
kriteria cukup. Sedangkan pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
ada 7 orang atau 50% yang memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 7 orang
lainnya atau 50% memperoleh nilai 2 dengan kriteria cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka hasil belajar afektifnya semakin
baik.
Hasil belajar siswa pada aspek
psikomotor
Adapun yang menjadi aspek penilaiannya adalah bagaimana
siswa menggunakan peralatan dengan baik, mengamati dan menarik kesimpulan serta
membuat laporan pada siswa yang diajar dengan metode psikomotor. Sedangkan pada
siswa yang diajar dengan metode diskusi aspek psikomotor yang dinilai adalah
bagaimana membuat laporan serta melaporkan laporan tersebut dengan baik.
Pada aspek psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi baik yang dibelajarkan dengan metode eksperimen maupun diskusi
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang meiliki sikap
ilmiah rendah. Hai ini dapat dilihat dari hasil observasi dimana dari 14 siswa
yang memiliki sikap ilmiah tinggi terdapat 10 orang (71%) yang memperoleh nilai
3 dengan kriteria baik dan 4 orang siswa (29%) memperoleh nilai cukup sedangkan
pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah ternyata ada 8 orang
(57%) yang memperoleh nilai 3 dengan kriteria baik dan 6 orang lainnya (43%)
memperoleh nilai 2 dengan kriteria cukup.
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian
hipotesis penelitian, yaitu:
1. Perbedaan Hasil Belajar IPA pada siswa yang Dibelajarkan dengan Metode Eksperimen dan Metode Diskusi.
Berdasarkan hasil analisis data,
terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan metode diskusi. Hal ini menunjukan koefisien ANAVA (F)
sebesar 8,53 yang ternyata signifikan. Selanjutnya
bahwa hasil belajar IPA dengan metode eksperimen memiliki skor rata 21,36 lebih tinggi daripada hasil belajar
IPA dengan metode diskusi
dengan skor rata-rata 18,86 jadi terdapat pengaruh antara metode eksperimen dan metode diskusi terhadap hasil belajar IPA.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
terlihat bahwa siswa sangat antusias, sangat termotivasi dan kelihatan sangat
gembira, bahkan mereka terlihat penasaran dan ingin tahu terhadap apa yang
nantinya akan mereka eksperimenkan. Sehingga dengan adanya rasa ingin tahu yang
besar, motivasi yang tinggi dan kesenangan dalam menerima pelajaran maka
dapatlah dipastikan bahwa mereka mampu memahami dan menguasai materi
pembelajaran dengan baik.
Jika dalam metode diskusi kegiatan siswa hanya sebatas dalam
menyatukan pendapat untuk memecahkan suatu masalah maka pada metode eksperimen
siswa yang melakukan sendiri, membuktikan sendiri apa yang menjadi permasalahan
atau dalam hal ini indikator yang sedang dipelajari, sehingga dengan melakukan
sendiri, maka siswa dapat menyimpulkan sendiri dan dapat membentuk suatu konsep
atau pengertian tersendiri sehingga materi pembelajaran tidak akan mudah
dilupakan oleh siswa, sedangkan pada metode diskusi, kegaiatan pembelajaran
hanya sebatas verbalisme, sehingga materi pelajaran akan lebih mudah dilupakan.
Dengan perbedaan ini pula wajar jika hasil belajar IPA pada siswa yang
diajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi dari siswa yang diajarkan
dengan metode diskusi.
2. Interaksi Metode
Pembelajaran
dan Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar IPA
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan adanya pengaruh interaksi
antara metode
pembelajaran
dengan sikap ilmiah siswa
dengan hasil
belajar IPA. Hal ini ditegaskan dalam pengujian hipotesis dengan Fhitung 98,57 sedangkan Ftabel pada a = 0,01 yang sebesar 7,82. Jadi 98,57 > 7,82 pada tara
signifikasi a = 0,01. Hasil pengujian ini mengandung arti
bahwa hipotesisi nol (H0) ditolak dan hipotesis tandingan (H1) yang menyatakan terdapat pengaruh
interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar
IPA diterima.
Agar dalam proses pembelajaran dapat tercipta
suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang
secara dinamis kearah positif, maka diperlukan pemilihan metode yang tepat.
Berbagai metode dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, metode yang sesuai dan
dapat menunjang keterampilan proses diantaranya adalah metode eksperimen dan
diskusi. Melalui metode
eksperimen dan diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses
siswa sehingga disamping dapat menumbuhkembangkan sikap ilmiahnya juga dapat meningkatkan hasil
belajarnya pula. Berdasarkan hal inilah jelaslah terdapat pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa.
3. Perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan metode eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi daripada
siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi
Berdasarkan hasil uji tuckey untuk kelompok siswa yang
memiliki sikap ilmiah dibelajarkan dengan metode eksperimen (A1B1)
dan kelompok siswa yang mengikuti metode diskusi (A2B1)
menunjukkan bahwa metode eksperimen memberikan hasil belajar yang lebih tinggi.
Hal ini sesuai hasil pengujian bahwa harga Qhitung = 12,85 > Qtabel = 3,34
pada α = 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa H0 yang
menyatakan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode
eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi lebih kecil atau sama dengan
rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi ditolak. Dengan demikian hipotesis
tandingan H1 yang menyatakan
bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa
yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan memiliki sikap ilmiah tinggi
lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan
metode diskusi diterima.
Perbedaan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa ini
dibuktikan oleh rata -rata skor hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan
metode eksperimen pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi (X A1B1) sebesar
26,57 lebih besar
dari rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode
diskusi (X A2B1)
sebesar 15,57. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi sangat cocok dibelajarkan dengan metode eksperimen dalam mempelajari konsep IPA. Karena sikap
ilmiah mereka akan lebih terasah dan berkembang jika mereka dibelajarkan dengan
metode eksperimen.
Siswa yang memiiki
sikap ilmiah tinggi apabila dibelajarkan dengan metode eksperimen, maka sikap
ingin tahunya, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitasnya terpenuhi, sehingga dengan terpenuhinya
sikap-sikap tersebut menyebabkan siswa senang dan antusias dalam menerima
pelajaran. Sehingga tidaklah mengherankan jika siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi dan dibelajarkan dengan metode eksperimen maka hasil belajarnya akan
lebih tinggi dibanding dengan siswa yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
4. Pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen hasil belajarnya lebih rendah daripada
hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan metode diskusi.
Dari hasil analisis data, terdapat perbedaan hasil belajar
IPA antara siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang mengikuti pembelajaran
dengan metode eksperimen dan metode diskusi. Hasil yang menunjukan angka pada
uji tuckey sebesar 7,01 yang ternyata signifikan. Dari hasil uji tuckey ini
menunjukan hasil belajar IPA yang memiliki sikap ilmiah rendah dengan metode
diskusi memiliki skor rata-rata 22,14 ternyata lebih tinggi dari metode
eksperimen yang memiliki skor rata-rata 16,14.
Temuan pada penelitian ini bahwa metode disksusi berpengaruh
positif terhadap hasil belajar IPA untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah. Kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah akan lebih percaya
diri dalam menghadapi tugas yang sulit, akan merasa yakin terhadap kemampuannya
untuk menyelesaikan permasalahan, akan merasa lebih tenang dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran apabila dibelajarkan dengan metode diskusi. Karena dengan
metode diskusi siswa dapat bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa, atau
siswa dengan siswa sehingga memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan
pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan
pengetahuan dan mampu mencari jawaban atau jalan terbaik secara bersama.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Desi Nur Anisa, dkk
(2013) yang dipublikasikan melalui Jurnal Pendidikan Kimia Vol.2 No. 2 Universitas
Sebelas Maret menyebutkan bahwa dengan metode eksperimen di laboratorium
memberikan prestasi belajar yang lebih baik terhadap kelas kontrol, Semakin
tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang
dicapai.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; pertama, Hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode
diskusi; kedua, Terdapat
interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA; ketiga, Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi yang dibelajarkan dengan metode eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode diskusi; dan terakhir, Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah yang dibelajarkan dengan metode
diskusi
memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti metode eksperimen.
Saran
Sebaiknya para guru harus mengetahui dan
mampu dalam menggunakan model, metode, pendekatan maupun strategi dalam proses
pembelajaran. Dalam menentukan metode pembelajaran, guru hendaknya lebih
memperhatikan karakteristik materi yang akan dibelajarkan pada siswa. Di
samping itu, kondisi siswa juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan dan penggunaan
model dan metode pembelajaran, sebab pengaruh pada sikap ilmiah dan semangat belajar sehingga
berdampak pada hasil belajar siswa.
Pengidentifikasian dan pengembangan sikap ilmiah siswa perlu
dilakukan oleh guru, sebab dengan mengetahui sikap ilmiah siswa dapat
memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar dan
pelatih.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi
Ilmu volume 2 no.5. Yogyakarta : Pena Persada
Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
Djamarah,
S. B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori
Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta : Gunadarama.
Trianto . 2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
Biodata
Nama : Dewi
Hastaty Lanusi
Tempat dan Tanggal
Lahir : Kab. Gorontalo, 18 Mei
1977
Pendidikan : S2 Pendidikan
Dasar Kons. Sains
Hasil-hasil
penelitian yang pernah dibuat :
1.
PTK : Meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN No.
81 Kota Tengah Kota Gorontalo Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.
PTK : Upaya Meningkatkan Hasil belajar IPA pada Materi
Rangkaian Listrik Sederhana Melalui Metode Eksperimen (Suatu PTK Di Kelas VI
SDN No. 86 Kota Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016)
3.
PTK : Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan
Buku Cerita Atau Komik pada Siswa Kelas VI SDN No. 86 Kota Tengah
Kegiatan
seminar yang pernah diikuti :
1.
Seminar PTK yang dilaksanakan oleh UD. Sukses Fokus
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Gorontalo pada Tahun 2014
2.
Seminar nasional dan bedah buku serta Diklat PTK yang
diselenggarakan oleh Institute Development For Emporwerment pada tahun 2009.
3.
Sebagai peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah terbuka tingkat
mahasiswa daerah Gorontalo pada Tahun 2000.